Sejarah Pendirian Yabis

Sejarah Pendirian

YAYASAN YABIS BONTANG

YABIS, adalah sebuah yayasan pendidikan Islam yang secara dejure telah berdiri sejak tanggal 18 Oktober 1986, berdasarkan Akta Notaris Rasyid Umar, SH. Nomor 64 tahun 1986 di Balikpapan. Dalam pelayanannya, yayasan YABIS berkantor di Gedung Utama YABIS yang berlokasi di Jl. Brigjen Katamso No. 40, Kelurahan Belimbing, Kecamatan Bontang Barat, Kota Bontang, Kalimantan Timur.

Kata “YABIS” adalah singkatan dari Yayasan Pembinaan Islam dan disebut “Yayasan YABIS.” Yayasan Pembinaan Islam ini, memiliki motto “Al-Ikhlas”, motto tersebut terpatri pada logo yayasan bertuliskan kaligrafi yang memberikan spirit kesukarelaan atau keikhlasan. Berkat rahmat Allah SWT, Yayasan bermotto Al-Ikhlas ini telah menjadi “Institusi Pendidikan Islam Terlengkap Pertama di Kota Bontang”, bukti dan faktanya dapat kita lihat melalui jenjang pendidikan yang tersedia, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai dengan tingkat perguruan tinggi.

YABIS, berpusat di kota Bontang, Kalimantan Timur, pada awalnya, YABIS berdiri di atas lahan seluas +1,5 Hektar, dengan berbagai fasilitas jenjang pendidikan, termasuk Masjid dan Rumah Sakit Islam, namun saat ini, lahan pembangunan YABIS telah berkembang menjadi +3 Hektar. Yayasan YABIS, bergerak di bidang pendidikan, da’wah dan muamalah, sehingga YABIS tidak hanya sebagai kampus pendidikan formal, namun juga sebagai wadah menuntut ilmu non[1]formal dibidang pendidikan agama.

Pada bidang da’wah, YABIS melakukan pembinaan mental dan spiritual ummat melalui program “KETAKMIRAN MASJID” pada Masjid Nurul Ilmi yang berlokasi di areal kampus YABIS.

Selanjutnya, pada bidang muamalah, YABIS mengembangkan usaha melalui lembaga syari’ah. Lembaga tersebut dibentuk untuk menjadi sumber pemasukan bagi yayasan, agar dapat terus mendukung kegiatan baik di bidang pendidikan, da’wah maupun muamalah itu sendiri.

Selain itu, dengan terbentuknya berbagai kegiatan lembaga usaha, diharapkan dapat menunjang kesejahteraan guru dan karyawan YABIS, disamping terus meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan peningkatan pelayanan ummat di YABIS.

Perjuangan dan karya bhakti para pioneer YABIS, merupakan sebuah perjalanan panjang menempuh aral maupun rintang yang tiada terasa telah menembus waktu puluhan tahun, YABIS telah mencapai usianya yang ke-31 tahun, dan telah menjadi sebuah “mahakarya.” Kesemuanya ini, merupakan sebuah anugrah yang patut dihargai dan disyukuri, karena keberhasilan YABIS secara empiris telah tercatat oleh waktu, semoga tercatat pula sebagai ladang amal ibadah.

Keberhasilan ini, tentunya tidak lepas dari kontribusi serta kerja keras seluruh jajaran pembina, pengurus dan pengawas, kemudian jajaran PLH, kepala sekolah, guru, dosen, staf dan karyawan sebagai ujung tombak pada semua unit yang ada di semua bidang, bagi mereka yang telah bekerja dan berkarya sepenuh hati, serta ikhlas semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT, kiranya mendapatkan berkah dan rahmat yang tiada putus-putusnya.

Mengenal Sosok Inisiator Utama

Pendiri Yayasan Yabis

Seperti yang kita saksikan saat ini, sejumlah bangunan yang berdiri dengan megah kokoh di atas lahan yang cukup luas, hal ini tidak terlepas dari niat yang ikhlas, usaha, dan kerja keras, tentunya tidak terlepas dari seorang tokoh yang memiliki ide gagasan serta loyalitas yang tinggi terhadap Islam, ia adalah “KH. Muslim Arsyad namun yang lazim dikenal oleh masyarakat kota Bontang “Ustadz H. Muslim” atau sering disapa “Pak Muslim” Untuk lebih mudah mengenal sosok KH. Muslim, maka penulis akan mengulas secara singkat tentang riwayat hidup sang inisiator yayasan YABIS.

“Pak Muslim” adalah panggilan akrabnya saat masih muda, ia lahir di Sungai Durian, 08 September 1941, sedangkan istrinya bernama Hj. Normiah, dan ia dikaruniai lima orang anak ialah: 1) Dra. Mardiah Hayati, 2) Muchlishah Zakiyyah, 3) Dra. Magfirah Nuryanti, 4) Aisyur Ridha, 5) Fajrul Haq, ST. Kelima anaknya semua telah berkeluarga dan terbilang sukses dan cukup mapan.

Pada awalnya ia meniti karirnya sebagai seorang guru agama berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak 1961 sampai dengan 1966 akhir. Pada tahun 1967, pak Muslim hijrah dari PNS (mengundurkan diri) dan pindah ke Pertamina Balikpapan, dengan tugas tetap sebagai guru agama di sekolah[1]sekolah Pertamina di wilayah Unit 4 Balikpapan. Disamping tugas utama sebagai seorang pendidik, pak Muslim menekuni profesi sebagai seorang muballigh sejak berusia 20 tahun.

Di era tahun 1960, profesi muballigh adalah merupakan “Barang Langka” karena banyak guru agama, tetapi tidak semua guru agama tersebut berprofesi sebagai muballigh, khususnya di daerah Kalimantan Timur pada 50 tahun yang lalu.

Selama 10 tahun di Pertamina Balikpapan ia lebih akrab dipanggil ustadz Muslim, di luar tugas utama sebagai guru agama, ia sering diundang untuk memberikan ceramah agama di Balikpapan dan sekitarnya, bahkan ustadz Muslim sering mengisi acara mimbar agama Islam di TVRI Kaltim Stasiun Balikpapan. Kemudian tanpa disadari ia dikenal hampir di seluruh pelosok Kalimantan timur melalui siaran televisi tersebut, hingga menyebabkan banyak permintaan mengisi jadwal ceramah oleh masyarakat dari berbagai wilayah Desa dan Kecamatan seperti Kuala Semboja, Penajam dan sekitarnya, dan iapun menghadiri undangan-undangan tersebut dengan menggunakan sepeda motor, kecuali untuk kawasan yang tidak terjangkau/terpencil.

Pertamina sebagai tempat ia bekerja adalah perusahaan yang sangat mengutamakan pembinaan mental/spiritual bagi karyawan dan keluarganya, dengan mengirim muballigh secara bergiliran untuk mengisi ceramah/da’wah ke beberapa unit kerja di daerah terpencil. Hingga muncullah istilah “muballigh terbang” pada masa itu, sebab untuk berda’wah ke area terpencil, para muballigh kerap dijemput dan diantar menggunakan helikopter yang dicharter oleh Pertamina Balikpapan yang juga merupakan sarana antar jemput karyawan ke wilayah kerja yang jauh/terpencil

Pendiri Yayasan Yabis